Dengan mengharap ridho Allah SWT dan syafa’at Nabi Muhammad SAW, keberadaan madrasah di Paseban serta majelis-majelis taklim baik di dalam maupun di luar Paseban, sejak dahulu telah diasuh oleh seorang ulama kharismatik Betawi, Muallim Ahmad Thabrani bin Sainan. Saat ini, perjuangan beliau dilanjutkan oleh salah satu cucunya, Muallim Maulana Kamal Yusuf.
Majelis ilmu tersebut menjadi salah satu kontribusi besar beliau kepada masyarakat. Dari majelis itu pula, berkat ketulusan dan keikhlasan beliau, lahirlah banyak guru dan pendakwah yang menyebarkan ilmu di tanah Betawi.
Seiring perkembangan zaman, dibentuklah sebuah yayasan bernama Yayasan Nurul Hidayah Attabraniyah. Nama ini diambil dari tokoh dan guru besar Paseban, KH. Muallim Thabrani bin H. Sainan, yang sepanjang hidupnya berkhidmat untuk agama, khususnya dalam bidang pendidikan.
Perjuangan beliau tidak lepas dari dukungan kedua orang tuanya. Ibunda beliau, Almarhumah Hajjah Sa’riyah, mewakafkan tanahnya untuk pembangunan Masjid An-Nur. Sedangkan ayahanda beliau, Almarhum Haji Sainan, mewakafkan tanahnya untuk berdirinya Madrasah Al-Huda. Sepeninggal beliau, perjuangan ini diteruskan oleh anak dan cucunya.
Yayasan ini telah memiliki SK Kemenkumham No: AHU-4950.AH.01.04.TAHUN 2010 dan hingga kini menjadi tempat menimba ilmu, tidak hanya bagi masyarakat Paseban, tetapi juga masyarakat luar.
Fokus utama yayasan adalah dunia pendidikan, baik formal maupun nonformal.
Pendidikan Formal:
Raudhatul Athfal
Madrasah Diniyah
Pendidikan Nonformal:
Majelis taklim/pengajian kaum bapak
Majelis taklim/pengajian kaum ibu
Kursus bahasa Arab
Santunan yatim piatu
Sebagai salah satu pusat pendidikan nonformal, keberadaannya telah mengakar di masyarakat bahkan sejak sebelum Indonesia merdeka. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pun mengakui peran Majelis Taklim sebagai bagian penting dari pendidikan nonformal demi mencerdaskan bangsa. Majelis Taklim di Indonesia diharapkan mampu mendorong perubahan positif, baik pada diri pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara.
Melihat jasa-jasa para pendahulu serta kondisi pergaulan generasi muda yang semakin bebas dan kurang terarah, kami merasa penting untuk memberikan perhatian khusus kepada kaum muda agar dapat belajar agama secara kontinyu dan terarah.
Atas dasar itu, kami ingin melangkah lebih jauh dengan mendirikan Pondok Pesantren Atthabraniyah Paseban, yang akan bernaung di bawah Yayasan Nurul Hidayah Attabraniyah.
Pada tahun 2019, kami mulai merintis pembangunan pondok pesantren tersebut. Tahapan awal meliputi:
Pembebasan lahan di sekitar area yang telah dimiliki yayasan.
Pembangunan asrama santri.
Pembangunan ruang kelas bagi para santri dan siswa.
Untuk mewujudkan cita-cita mulia ini, kami membutuhkan partisipasi dari masyarakat, pemerintah daerah, pemerintah pusat, serta para dermawan dan pengusaha. Bantuan moril maupun materiil akan sangat membantu dalam mewujudkan generasi berkualitas yang bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara, serta memiliki kecerdasan spiritual, intelektual, dan akhlak mulia.
Menjadi pusat ibadah dan pengembangan ilmu yang membentuk masyarakat berilmu, beriman, dan beramal shalih. Menjunjung tinggi tradisi, santun dalam bersikap, serta meraih kemuliaan hidup dengan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Mempersiapkan generasi berakidah Ahlusunnah wal Jama’ah.
Membentuk generasi yang memahami dan mengamalkan syariah berdasarkan empat mazhab.
Membina akhlak al-karimah serta penyucian jiwa (tazkiyatun nufus) sesuai manhaj Imam Junaid Al-Baghdadi dan Imam Al-Ghazali.
Melahirkan generasi yang ahli dalam bidang muamalah (interaksi sosial-ekonomi) dan siyasah (kepemimpinan/ketatanegaraan).
Mencetak generasi yang kuat secara jasmani dan rohani.
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum hingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti sebuah bangunan yang tersusun kokoh.”
(QS. Ash-Shaff: 4)